Scroll untuk baca artikel
Finansial

Bitcoin Jelang Juni 2025: Antara Harapan Kenaikan dan Ancaman Koreksi?

44
×

Bitcoin Jelang Juni 2025: Antara Harapan Kenaikan dan Ancaman Koreksi?

Sebarkan artikel ini
Menjelang masuknya bulan Juni 2025, Bitcoin (BTC) berada dalam fase kritis setelah mencetak rekor harga tertinggi sepanjang masa di kisaran US$112.000 atau sekitar Rp1,82 miliar. Meski mencatatkan reli impresif, harga BTC belakangan ini mengalami tekanan dengan koreksi sekitar 2% dalam 24 jam terakhir diperdagangkan di kisaran US$107.000-US$108.000 (sekitar Rp1,74 miliar-Rp1,75 miliar).

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Menjelang masuknya bulan Juni 2025, Bitcoin (BTC) berada dalam fase kritis setelah mencetak rekor harga tertinggi sepanjang masa di kisaran US$112.000 atau sekitar Rp1,82 miliar.

Meski mencatatkan reli impresif, harga BTC belakangan ini mengalami tekanan dengan koreksi sekitar 2% dalam 24 jam terakhir diperdagangkan di kisaran US$107.000-US$108.000 (sekitar Rp1,74 miliar-Rp1,75 miliar).

Kombinasi antara sentimen politik, dinamika ekonomi makro, analisis teknikal, dan data derivatif menunjukkan bahwa pasar bersiap menghadapi periode volatilitas tinggi dalam beberapa pekan mendatang.

Menurut Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, tekanan harga ini dipicu oleh kombinasi aksi ambil untung, peningkatan distribusi dari penambang, resistensi teknis yang kuat, dan sentimen kehati-hatian makro.

Namun, kekuatan permintaan institusional dan data derivatif tetap menjadi bantalan optimisme pasar.

“Setelah menyentuh US$112.000 minggu lalu, Bitcoin menguji ulang level resistensi teknikal di sekitar US$109.000 pada 28 Mei. Hal ini memicu gelombang aksi ambil untung oleh para trader, yang menyebabkan tekanan jual jangka pendek. RSI 14-hari saat ini berada di level 65,44—menunjukkan momentum netral dan membuka ruang konsolidasi lebih lanjut,” jelasnya.

Baca Juga :   Ajaib Kripto: Maret Ditutup Positif, Bagaimana Potensi Bitcoin Menjelang Halving?

“Koreksi ringan ini wajar setelah reli menuju ATH baru. Yang menarik adalah bahwa meski tekanan jual meningkat, permintaan institusional tetap kuat, terlihat dari pergerakan besar menuju banyak institusi yang tetap beli Bitcoin, seperti GameStop.”

Data on-chain menunjukkan bahwa jumlah dompet ‘whale’ atau investor besar (1.000–10.000 BTC) sempat mencapai puncaknya di 2.021 pada 25 Mei, tetapi menurun drastis ke 2.003 hanya dua hari setelahnya. Penurunan ini menunjukkan aksi ambil untung setelah lonjakan harga, sekaligus memperbesar risiko volatilitas jangka pendek.

“Saat ini Bitcoin berada dalam zona kritis konsolidasi. Risiko teknikal seperti death cross masih membayangi, tapi selama support kuat tidak ditembus, peluang untuk reli lanjutan tetap ada, terutama jika didukung oleh data ekonomi atau sentimen pasar yang positif,” ujarnya.

“Selama BTC mampu bertahan di atas US$107.000, peluang untuk menguji ulang US$109.000 tetap terbuka. Jika tekanan jual berlanjut dan support utama di US$104.670 ditembus, koreksi lebih dalam bisa terjadi. Tapi secara struktur, tren jangka menengah masih positif. potensi pengujian ulang ke area US$110.700–US$112.000 tetap terbuka.”

Baca Juga :   Aleph Akuisisi  Localpayment dan Targetkan Pasar Pembayaran Digital Senilai 1,4 Triliun Dolar AS

Diperkuat Dukungan Politik

 Dukungan terhadap Bitcoin dari Wakil Presiden AS JD Vance menjadi katalis sentimen positif baru.

Dalam pidatonya di Bitcoin Conference 2025 di Las Vegas, pada Rabu (28/5), Vance menyebut BTC sebagai “lindung nilai terhadap inflasi, kontrol pusat, dan diskriminasi politik oleh sektor swasta.” Ia juga mengonfirmasi bahwa dirinya secara pribadi memegang Bitcoin, memperkuat citra BTC sebagai simbol kebebasan finansial.

Pernyataan ini datang beriringan dengan dirilisnya risalah rapat The Fed bulan Mei yang mengungkap kekhawatiran atas peningkatan inflasi dan proyeksi pengangguran di atas 4,6%. Ketidakpastian kebijakan moneter dan risiko stagflasi memperkuat narasi Bitcoin sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakstabilan ekonomi global.

“Momen ini menjadi titik penting bagi investor untuk memahami peran Bitcoin dalam lanskap ekonomi baru. Dukungan dari tokoh penting seperti JD Vance memperkuat posisi Bitcoin di panggung kebijakan publik,” jelas Fyqieh.

Baca Juga :   Bybit Buktikan Integritas Sistem Keamanan Setelah Insiden Safe Wallet Terjadi Tidak Berdampak pada Infrastruktur

Juni 2025: Pasar Hadapi Ujian Besar

Saat ini, investor kripto cenderung mengurangi eksposur risiko, tercermin dari penurunan total kapitalisasi pasar dan fluktuasi pada tingkat pendanaan. Pasar memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi yang melambat disertai inflasi yang masih bertahan, sebuah kondisi yang membuat aset kripto semakin rentan terhadap ketidakpastian kebijakan suku bunga.

Pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) yang dijadwalkan pada 17–18 Juni menjadi fokus utama pelaku pasar. Hingga saat itu, pasar kemungkinan tetap bergejolak seiring investor menimbang risiko stagflasi dan potensi perubahan suku bunga. Dalam kondisi seperti ini, investor institusi sering memanfaatkan volatilitas untuk redistribusi aset melalui strategi manajemen ekspektasi.

“Bulan Juni biasanya menjadi titik rawan, di mana tekanan dari ketidakpastian makro dan aksi arbitrase waktu oleh institusi bisa memicu koreksi tajam. Investor perlu memperkuat manajemen risiko dan disiplin dalam pengambilan posisi,” tutup Fyqieh.