TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Deputi Direktur Perlindungan Konsumen Bank Indonesia, Dedi Noor Cahyanto menekankan, keamanan nasabah harus menjadi prioritas utama.
“Industri keuangan yang kuat harus selaras dengan edukasi kepada masyarakat serta mengikuti perkembangan inovasi dalam keamanan digital,” kata Dedi saat webinar Perlindungan Konsumen SIGUNA untuk merespons peningkatan tajam kasus Account Takeover (ATO) di Indonesia.
Acara ini dihadiri oleh lebih dari 700 pelaku usaha perbankan regional dan lokal, termasuk perwakilan dari Aftech, ASPI, dan Perbanas.
Webinar ini menyoroti urgensi penguatan langkah-langkah pencegahan terhadap ancaman penipuan digital yang semakin canggih.
Forum ini menjadi wadah bagi pelaku usaha perbankan untuk memahami ancaman fraud terbaru dan solusi efektif dalam mencegahnya,” ujarnya. Dengan meningkatnya penggunaan AI, langkah mitigasi harus semakin diperketat untuk menjaga kepercayaan nasabah.
Ancaman Penipuan Berbasis AI, Deepfake, dan ATO
Niki Luhur, Founder dan Group CEO VIDA, mengungkapkan bahwa ekosistem digital di Indonesia menghadapi ancaman penipuan berbasis AI, seperti deepfake dan ATO.
“Deepfake dapat menciptakan video dan audio palsu yang meyakinkan, sedangkan ATO memungkinkan penjahat mencuri identitas online pengguna. Penipuan berbasis AI bukan lagi ancaman masa depan, tetapi sudah terjadi saat ini,” jelasnya.
VIDA, sebagai penyedia layanan identitas digital, verifikasi, dan autentikasi terkemuka di Indonesia, mengusung solusi anti-penipuan untuk menghilangkan risiko ATO, deepfake, dan serangan social engineering. Upaya ini bertujuan menciptakan ekosistem digital yang lebih aman bagi seluruh masyarakat.
Fakta dari Whitepaper VIDA: Keamanan Digital Indonesia
Laporan terbaru VIDA, “Where’s The Fraud? The State of Authentication and Account Takeovers in Indonesia,” mengungkap fakta mengejutkan:
- 67% konsumen mengalami transaksi tidak sah di akun digital mereka.
- 84% bisnis menghadapi insiden keamanan akibat SMS OTP, termasuk penggantian SIM dan serangan phishing.
- 98% bisnis menghadapi tantangan autentikasi, namun hanya 9% yang menerapkan langkah keamanan lebih kuat.
Data ini menegaskan bahwa perlindungan konsumen di era digital tidak bisa dilakukan secara parsial. Ancaman AI, deepfake, dan ATO merupakan tantangan bersama yang memerlukan sinergi dari berbagai pihak, termasuk industri perbankan dan penyedia layanan identitas digital.
Kolaborasi Industri sebagai Solusi Keamanan Digital
Untuk menciptakan ekosistem digital yang aman dan terpercaya, diperlukan kolaborasi erat antara perbankan, regulator, dan penyedia layanan keamanan digital.
Dengan bekerja sama, industri dapat membangun pertahanan yang lebih kuat dalam menghadapi serangan siber dan memastikan keamanan konsumen dalam bertransaksi di ruang digital.
Sebagai langkah konkret, Bank Indonesia dan VIDA mengajak seluruh pelaku industri untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya autentikasi yang lebih kuat, serta mengadopsi teknologi keamanan yang lebih canggih dalam mencegah berbagai modus penipuan digital.
Dengan demikian, industri keuangan di Indonesia dapat terus berkembang dengan kepercayaan yang lebih tinggi dari masyarakat.