Scroll untuk baca artikel
Industri

BCA Dukung Penenun Songket Melayu Sumatra Utara Kuasai Pewarna Alam

1
×

BCA Dukung Penenun Songket Melayu Sumatra Utara Kuasai Pewarna Alam

Sebarkan artikel ini
Dukungan BCA terhadap Pelestarian Budaya sekaligus Pengembangan Eco-Fashion Wastra Warna Alam di Sumatra Utara - Pelatihan wastra warna alam merupakan wujud komitmen Bakti BCA dalam melestarikan kekayaan budaya Indonesia sekaligus mendorong kewirausahaan komunitas perajin lokal. Pelatihan ini melibatkan 32 penenun dari lima komunitas asal Kabupaten Deli Serdang dan Batu Bara, Sumatra Utara, bekerja sama dengan WARLAMI. Program ini bertujuan membantu para penenun menguasai teknik pewarnaan alam menggunakan material ramah lingkungan serta menghasilkan produk tenun berkelanjutan. Setelah program selesai, para penenun diharapkan mampu memahami dan mengimplementasikan pembuatan wastra berbasis warna alam secara mandiri

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melalui program Bakti BCA, berkolaborasi dengan Perkumpulan Warna Alam Indonesia (Warlami), menggelar pelatihan pembuatan wastra pewarna alam bagi 32 penenun songket Melayu Sumatra Utara di Istana Maimoon, Medan.

Kegiatan yang berlangsung pada 4–6 November 2025 ini merupakan bagian dari upaya BCA dalam melestarikan budaya Indonesia sekaligus mendorong pengembangan eco-fashion berbasis bahan alami.

Acara pembukaan dihadiri oleh Seripeduka Sultan Deli XIV Tuanku Mahmud Aria Lamanjiji Perkasa Alam, Ketua Dekranasda Kota Medan Airin Rico Waas, dan Ketua Warlami Myra Widiono.

Warna Alam untuk Melestarikan Wastra dan Lingkungan

Tenun songket Melayu Sumatra Utara dikenal dengan motif geometris yang indah dan bernilai filosofi tinggi, merefleksikan kekayaan alam dan budaya masyarakatnya. Namun, masih banyak penenun yang bergantung pada pewarna sintetis karena proses pewarnaan alami dinilai rumit dan mahal.

Baca Juga :   Jadwal Operasional BCA Selama Libur dan Cuti Bersama Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia 

“Keindahan tenun songket Melayu Sumatra Utara sudah diakui, tetapi banyak penenun belum menguasai teknik pewarnaan berbasis warna alam. Padahal, penggunaan warna alam dapat meningkatkan daya tarik dan nilai jualnya,” ujar Hera F. Haryn, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA.

“Melalui program ini, kami ingin membantu penenun menguasai teknik pewarnaan alami dengan material ramah lingkungan sehingga dapat menghasilkan produk tenun yang berkelanjutan,” tambahnya.

Menghidupkan Tradisi, Mendorong Eco-Fashion

Pelatihan ini merupakan bagian dari komitmen Bakti BCA untuk mendukung pelestarian budaya sekaligus meningkatkan kemandirian ekonomi komunitas perajin lokal.

Baca Juga :   Dorong Pertumbuhan Pasar Modal, BCA Perpanjang Peran sebagai Bank Administrator RDN dan Pembayaran

Sebanyak 32 penenun dari lima komunitas di Deli Serdang dan Batu Bara mengikuti program ini untuk memahami dan mempraktikkan teknik pembuatan wastra berbasis warna alam.

Menurut Hera, tren eco-fashion membuka peluang besar bagi tenun songket Melayu Sumatra Utara untuk menembus pasar yang lebih luas.

“Kami berharap para penenun dapat menjaga keberlanjutan produksi dan menjadikan songket Melayu sebagai kain tradisional ramah lingkungan yang semakin dikenal dunia,” ujarnya.

Peluang Besar di Pasar Pewarna Alam Dunia

Tren global juga memperkuat arah program ini. Berdasarkan laporan Market Research Future (2025), nilai pasar pewarna alam dunia diperkirakan mencapai US$7,2 miliar pada 2032 dengan pertumbuhan tahunan 8,5% sepanjang 2026–2033.

Baca Juga :   Apresiasi Para Mitra, BCA Ajak 70 Merchant Nikmati Keindahan Desa Wisata Hijau Bilebante

Hal ini menunjukkan meningkatnya kesadaran industri terhadap produksi berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Konsistensi BCA dalam Melestarikan Wastra Nusantara

Kegiatan di Sumatra Utara ini menambah daftar panjang komitmen BCA dalam melestarikan wastra warna alam Indonesia.

Sebelumnya, BCA telah melaksanakan program serupa di Timor Tengah Selatan dan Sumba Timur (NTT) serta di Baduy, Banten.

“Melalui kolaborasi dengan Warlami, kami berharap para penenun di Sumatra Utara tak hanya menjaga tradisi, tetapi juga dapat bersaing di pasar lokal maupun global,” tutup Hera.