BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Penundaan batas waktu kepatuhan terhadap regulasi Uni Eropa terkait deforestasi (EU Deforestation Regulation/EUDR) selama 12 bulan membuka peluang bagi perusahaan untuk memperkuat sistem rantai pasok yang lebih transparan dan berkelanjutan.
Dalam tiga dekade terakhir, sektor pertanian menyumbang hilangnya 10% tutupan hutan global.
EUDR hadir untuk memastikan bahan baku bebas deforestasi, kepatuhan pemasok, dan sistem ketertelusuran.
Tenggat waktu baru ditetapkan: perusahaan menengah dan besar harus patuh paling lambat 30 Desember 2025, sedangkan usaha kecil dan mikro hingga 30 Juni 2026.
Komisi Eropa juga akan mengklasifikasikan negara berdasarkan risiko deforestasi pada 30 Juni 2025.
Luca Fischer, Senior Head of Markets Indonesia di Koltiva, mengatakan bahwa penundaan ini bisa dimanfaatkan sebagai peluang.
“Tambahan waktu ini menjadi kesempatan bagi perusahaan yang belum sepenuhnya siap untuk mengurangi risiko ketidakpatuhan dan memastikan transisi yang lebih lancar,” ujarnya.
Menurutnya, kepatuhan EUDR bukan sekadar tugas administratif.
Perusahaan harus membangun sistem ketertelusuran yang akurat dan strategi mitigasi risiko yang solid.
Koltiva, perusahaan teknologi yang fokus pada ketertelusuran dan keberlanjutan, menawarkan solusi teknologi melalui platform KoltiTrace.
Platform ini memungkinkan pemantauan rantai pasok secara real-time dari hulu ke hilir.
KoltiTrace membantu perusahaan menilai risiko, mengidentifikasi titik rentan, dan menyusun strategi mitigasi yang efektif.
“Teknologi ini tidak hanya membantu memenuhi regulasi, tetapi juga membangun kepercayaan antara pemasok, petani, dan konsumen,” ujar Luca.
Ia menambahkan, tantangan berbeda dirasakan oleh pelaku usaha di hulu dan hilir.
Pelaku di hulu perlu memetakan rantai pasok langsung, sementara pelaku di hilir harus memperketat proses uji tuntas dan evaluasi risiko pemasok.
Menurut Luca, verifikasi lapangan menjadi aspek penting.
Koltiva mengerahkan tim agronomis untuk bekerja langsung dengan petani dan pemasok guna memastikan standar keberlanjutan diterapkan secara nyata.
“Kami percaya bahwa keberlanjutan harus bersifat holistik, bukan sekadar kewajiban administratif,” tegasnya.
Kepatuhan terhadap EUDR juga dinilai penting untuk mempertahankan akses pasar dan reputasi perusahaan.
Dengan meningkatnya kesadaran konsumen, transparansi dan ketertelusuran menjadi kunci keberlanjutan bisnis di masa depan.
“Dengan strategi dan teknologi yang tepat, tantangan ini bisa menjadi peluang untuk membangun rantai pasok yang lebih efisien dan bertanggung jawab,” tutup Luca.
Diskusi lengkap bersama Luca Fischer dapat disimak di BeyondTraceability Talks Koltiva melalui laman: https://www.koltiva.com/beyond-traceability-talks-vol2