Survei Mercer: Perusahaan di Indonesia Menunjukkan Tanda Pemulihan yang Stabil

(Kiri ke kanan): Godelieve van Dooren, CEO of SEA Growth Markets, Mercer bersama Yosef Budiman, Career Products Manager for Indonesia, Mercer, dan Astrid Suryapranata, Market Leader for Indonesia, Mercer sedang berdiskusi tentang hasil Survei Remunerasi Total (Total Remuneration Survey/TRS) 2022 yang dipublikasikan di Indonesia pada hari ini, 13 Desember 2022.

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Para karyawan berbagai perusahaan di Indonesia dapat merasa optimis menyambut tahun baru. Pasalnya, hasil Survei Total Remunerasi (Total Remuneration Survey/TRS) yang diadakan Mercer mengungkapkan, gaji para karyawan diperkirakan akan naik sebesar 6,1% tahun depan, naik dibandingkan 5,8% pada 2022. Survei ini berdasarkan masukan dari 550 organisasi dan perusahaan dari tujuh kategori industri pada April dan Juni 2022.

Kenaikan gaji di berbagai perusahaan di Indonesia secara stabil terus meningkat sejak 2021, setelah sempat mencatatkan kenaikan yang cukup rendah di angka 5,5% saat puncak penyebaran pandemi. Meskipun secara garis besar perusahaan-perusahaan tersebut sudah menunjukkan pemulihan, namun pemulihan tersebut masih belum menyentuh kembali angka pada 2019 ketika efek dari pandemi belum terasa, yaitu sebesar 6,9%. Proyeksi kenaikan gaji di Indonesia berada di atas rata-rata Asia Pasifik sebesar 4,8%. Di seluruh Asia, kenaikan gaji rata-rata secara keseluruhan mencerminkan perbedaan dalam perkembangan gaji antara negara berkembang dan negara maju, dengan prakiraan setinggi 9,1% di India hingga 2,2% di Jepang, yang terendah di kawasan ini.

Astrid Suryapranata Market Leader Indonesia, Mercer, mengatakan, “Kenaikan gaji ini menandakan perbaikan performa perusahaan kembali pada masa sebelum pandemi. Perusahaan-perusahaan juga sudah mempertimbangkan kenaikan inflasi yang terjadi. Ini juga seiring dengan naiknya proyeksi GDP Indonesia pada 2022. Namun, perlu dicatat pula bahwa perusahaan-perusahaan tersebut akan membutuhkan waktu lebih lama untuk meningkatkan kinerja seperti semula mengingat dampak luas dari kenaikan tingkat inflasi.”

Perbedaan kenaikan gaji di berbagai sektor industri

Dari berbagai sektor industri yang disurvei dan dianalisa, sektor Emerging Tech diprediksi mengalami kenaikan gaji tertinggi mencapai 8,2% dibandingkan dengan sektor lainnya. Lalu, diikuti oleh perusahaan High Tech dengan 6,9% dan Life Sciences sebesar 6,4%. Namun pada saat bersamaan, kedua sektor Emerging Tech dan High Tech juga merupakan dua sektor industri yang diprediksi akan menaikkan gaji lebih rendah dibandingkan kenaikan di tahun sebelumnya (2022). Hal ini mungkin saja terjadi akibat investasi pada kedua jenis industri yang dinilai melambat dan perubahan perilaku dari konsumen online pasca pandemi.

Jika dibandingkan kenaikan gaji pada tahun sebelumnya, sektor industri pertambangan dan penyedia layanan pertambangan (6,3% dari 5,7%) serta sektor Consumer Goods (penyedia produk kebutuhan sehari-hari) (6,1% dari 5,7%) ditaksir sebagai sektor yang akan mengalami pertumbuhan kenaikan gaji tertinggi diantara sektor industri lain yang disurvei.

Pembayaran bonus tahun depan (atas kinerja tahun ini) juga akan mengalami sedikit peningkatan di sebagian besar industri, kecuali untuk sektor High Tech (18,5%, turun dari 18,9%) dan sektor industri pertambangan dan penyedia layanan pertambangan (35,8%, turun dari 47,6%). Namun, target pembayaran bonus untuk industri pertambangan dan penyedia layanan pertambangan masih yang tertinggi di antara semua industri yang disurvei.

Darwinbox: Platform Teknologi SDM dengan Pertumbuhan Paling Cepat pada Magic Quadrant Gartner 2022

Berkenaan dengan tren gaji pada berbagai sektor industri ini, Astrid menerangkan, “Meskipun kami melihat penurunan proyeksi gaji pada sektor industri Emerging Tech dan High Tech untuk tahun 2023, permintaan terhadap jasa mereka akan terus tumbuh. Perusahaan-perusahaan sektor ini baiknya fokus pada pengelolaan keuangan untuk keberlangsungan perusahaan di masa mendatang. Sedangkan sektor industri pertambangan dan penyedia layanan pertambangan menjadi satu-satunya sektor industri yang telah melampaui kenaikan gaji dibandingkan dengan masa sebelum pandemi, yaitu sebesar 5,7% pada tahun 2019 dalam proyeksinya. Hal ini disebabkan kenaikan harga komoditas yang pesat sejak awal 2021.”

Meninjau tak hanya faktor insentif finansial

Tingkat pengunduran diri karyawan di Indonesia cenderung stabil dibandingkan negara-negara lain di Asia. Angka ini hanya naik satu persen tahun ini menjadi 8%. Sektor industri dengan tingkat pengunduran diri tertinggi adalah industri Emerging Tech (15%), Consumer Goods (9%) dan High Tech (8%). Hal ini sebagian besar disebabkan oleh lebih banyaknya peluang yang tersedia bagi karyawan yang memiliki keterampilan khusus di sektor-sektor tersebut ataupun karyawan yang meninggalkan sektor-sektor seperti Emerging Tech – yang mengalami fenomena PHK baru-baru ini – demi mendapatkan stabilitas yang lebih baik.

Pengusaha pun tetap waspada di tengah keoptimisannya dalam menghadapi 2023, mengingat tingkat inflasi yang diramalkan akan terus naik dan pertumbuhan ekonomi yang umumnya cenderung melambat. Akibatnya, tidak banyak perusahaan yang berencana menambah jumlah karyawan mereka pada tahun 2023 (35%) dibanding tahun 2022 (43%), namun hanya 2% perusahaan yang berniat untuk mengurangi jumlah karyawan tahun depan, dibandingkan dengan 5% yang disurvei pada tahun 2022.

Survei Mercer tentang tren manfaat karyawan yang dilakukan pada Q3 2022 menemukan bahwa lebih banyak perusahaan di Indonesia yang menawarkan jam kerja fleksibel kepada karyawan mereka, pengaturan kerja dari rumah (sistem WFH), dan dukungan kesehatan mental, dibandingkan dengan tahun 2021. Hal-hal ini akan menjadi pertimbangan utama bagi para calon karyawan untuk menerima tawaran kerja ataupun tetap berada pada organisasi mereka saat ini.

Godelieve van Dooren, CEO Mercer untuk Pasar Asia Tenggara (Mercer’s CEO for South East Asia Growth Markets) mengatakan, “Sangat menggembirakan untuk dicatat bahwa Indonesia tidak mengalami peningkatan pergantian karyawan yang tinggi tahun ini, tidak seperti pasar lain di kawasan ini. Tetapi para pengusaha tidak boleh cepat berpuas diri. Mereka harus memanfaatkan situasi yang relatif stabil saat ini, berpikir sejenak, dan memanfaatkan waktu untuk mengkaji dan meningkatkan strategi kompensasi dan penghargaan mereka kepada karyawan setelah 2023. Meskipun perusahaan mungkin lebih berhati-hati dengan sumber daya mereka pada saat ini, mereka tetap harus memastikan bahwa paket manfaat bagi karyawan mereka menarik dan relevan dengan menawarkan hal-hal seperti pengaturan waktu kerja yang fleksibel dan dukungan kesejahteraan karyawan, sehingga arus karyawan baru akan terus mengalir dan tenaga kerja yang ada tetap loyal.”(BA-06)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini