ICDX Bersama B20 Indonesia Dorong Pemanfaatan Energi Terbarukan

Webinar Advancing Low Carbon Economy through Renewable Energy yang diselenggarakan oleh ICDX bersama dengan B20 Indonesia Trade & Investment Task Force secara daring.

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Sebagai upaya untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) pada tahun 2030, dan mencapai Net Zero Emissions sebelum tahun 2060, Indonesia telah melakukan transformasi energi Indonesia menuju Energi Baru dan Terbarukan (EBT) atau renewable energy . Salah satunya melalui pengembangan kawasan industri hijau dengan memanfaatkan pembangkit listrik berbasis EBT skala besar.

“Indonesia dapat mencapai Net Zero Emission pada tahun 2050, lebih cepat dari target pemerintah yaitu di tahun 2060, jika Indonesia dapat memaksimalkan implementasi EBT,” kata Executive Director Institute for Essential Services Reform, Fabby Tumiwa dalam Webinar Advancing Low Carbon Economy through Renewable Energy yang diselenggarakan oleh ICDX bersama dengan B20 Indonesia Trade & Investment Task Force secara daring (28/7).

Dalam acara yang sama, Chair of B20 Indonesia, Shinta Kamdani menyampaikan, “Saya senang ICDX bisa menjadi partner dan membantu kami untuk membangun kesadaran serta komunikasi bagaimana perusahaan di Indonesia bersama mitra global dapat berperan aktif dalam mempercepat transisi energi hijau dan mempelajari peluang yang ada di dalam sektor energi terbarukan. Saya harap dengan adanya komunikasi ini, sektor swasta dapat berinvestasi dalam sektor energi terbarukan yang dapat mengantarkan kita ke dalam low emisi carbon. Kami juga menghadirkan inisiatif untuk menciptakan carbon center of excellent dan global blended finance alliance sebagai legasi B20 Indonesia, untuk memastikan Indonesia dan negara G20 lainnya tetap memiliki support system yang kuat untuk mempercepat transisi hijau meskipun G20 Presidensi Indonesia nanti berakhir.”

Bagi beberapa negara, penggunaan EBT memberikan banyak dampak serta manfaat terlebih lagi untuk negara berkembang yang memiliki kerentanan terhadap krisis iklim. Juga penerapan ini dapat memunculkan peluang pertumbuhan ekonomi yang dapat membantu pemulihan perekonomian setiap negara.

Luasnya wilayah serta suburnya kekayaan alam yang ada, membuat Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar. Namun, potensi yang dimiliki berbanding terbalik dengan penerapannya. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga saat ini penerapan energi terbarukan di Indonesia hanya mencapai 0,3 persen. Angka tersebut menunjukan bahwa penerapan energi terbarukan di Indonesia sangat minim. Untuk meningkatkan penerapan energi terbarukan, dibutuhkan sebuah perencanaan yang sistematis sehingga penerapan energi terbarukan di Indonesia bisa terlaksanakan secara optimal.

Penerapan energi terbarukan membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar. Selain itu, diperlukan suatu perencanaan, alur yang tepat dan juga komitmen masyarakat dalam berkontribusi sehingga penerapan energi terbarukan di Indonesia bisa terwujud dengan tepat waktu serta sesuai target yang telah ditentukan.

ICDX Catatkan Pertumbuhan Transaksi Multilateral Sebesar 50% Pada Semester Pertama 2022 Dibandingkan 2021

“Key player dari perubahan EBT adalah the power of people atau bagaimana masyarakat dapat bergerak aktif turut membantu perubahan ini. Masyarakat harus diberikan kesempatan untuk memiliki peran besar dalam mengembangkan usaha dengan memanfaatkan EBT. Masyarakat akan menjadi pihak yang mendominasi kepemilikan dari renewable energy,” kata Director of Tropical Renewable Energy Center (TREC), Universitas Indonesia, Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan dalam webinar yang sama.

Tingginya mobilitas masyarakat serta luasnya wilayah yang ada di Indonesia, menjadi suatu tantangan sendiri dalam penerapan energi terbarukan. Dibutuhkan suatu komitmen agar penerapan energi terbarukan bisa tersebar dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, penerapan energi terbarukan ini juga menjadi kesempatan untuk meningkatkan perekonomian yang ada di Indonesia. Penerapan energi terbarukan ini menjadi peluang untuk membuka banyaknya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sehingga hal tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Meskipun Indonesia memiliki opportunities atau peluang besar dalam pengembangan energi terbarukan, tapi kita juga menghadapi challenge atau tantangan yang cukup besar. Tantangan yang paling terasa adalah keberadaan regulasi. Dibutuhkan suatu regulasi yang dapat mendukung implementasi/pendanaan renewable energy. Juga, sumber daya menjadi suatu tantangan yang harus diperhatikan. Dibutuhkan orang-orang di berbagai daerah untuk mendukung pengembangan energi terbarukan di Indonesia,” kata President Director & CEO Empat Mitra Indika Tenaga Surya, Yovie Priadi pada kesempatan yang sama.

Deputy Chair Trade and Investment Task Force B20 Indonesia, Dharma Djojonegoro, menjelaskan, “Topik Ekonomi Rendah Karbon sangat penting bagi B20 Indonesia kita, khususnya Trade and Investment Task Force. Perdagangan dan investasi telah berperan dalam mendorong transisi hijau melalui investasi Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) serta perdagangan barang-barang ramah lingkungan dan green services. Untuk tujuan ini, Trade and Investment Task Force telah mengajukan rekomendasi untuk menjadikan perdagangan dan penggerak investasi yang berdampak bagi pembangunan yang lebih hijau dan berkelanjutan sejalan dengan SDGs,”

Adapun rekomendasi tersebut adalah mengadvokasi pemerintah G20 untuk memfasilitasi aliran investasi asing langsung (FDI) bekerja menuju model bisnis yang hijau dan sirkular. Selain itu, Kedua, Trade and Investment Task Force juga mendorong negara-negara G20 untuk memanfaatkan perdagangan dan investasi dalam mempercepat transisi yang adil, termasuk dengan memberikan dukungan bagi ekonomi berkembang, mengurangi hambatan perdagangan dan investasi dalam barang dan jasa lingkungan untuk memastikan difusi teknologi lingkungan terbaik yang tersedia, dan memfasilitasi cross border trade dan investasi di sektor ini. Upaya ini akan memungkinkan lebih banyak negara, terutama negara berkembang untuk membangun infrastruktur energi terbarukan mereka, dan mewujudkan ambisi ekonomi rendah karbon mereka.(BA-06)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini