BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Selama dua dekade pertama abad XXI, Indonesia mengalami perubahan yang impresif dalam hal inovasi maupun kebijakan. Globalisasi hadir menciptakan paradigma baru tentang konektivitas; yang membuka batas-batas, serta menghubungkan satu sama lain untuk menjadi bagian dari warga dunia. Namun demikian, disrupsi dan arus globalisasi yang sedemikian rupa juga membawa tantangan baru berupa kesenjangan ekonomi, sosial, dan lingkungan di tengah perubahan zaman.
Pandemi global COVID-19 yang merebak pada 2020 lalu membawa dampak bagi seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di sisi lain, pandemi juga menjadi momentum untuk memikirkan ulang mengenai konektivitas. Indonesia perlu memanfaatkan kondisi pasca krisis untuk bangkit secara kolektif dan membentuk tatanan negara yang lebih tangguh, inklusif, serta berkelanjutan.
Untuk mewujudkan harapan tersebut, Yayasan Pijar Masa Depan (Pijar Foundation) menghadirkan program Global Future X dengan tujuan mengakselerasi kolaborasi multipihak baik dari sektor publik, privat, maupun komunitas untuk bersama-sama merumuskan kebijakan guna menghadapi tantangan masa depan. Hal ini diperlukan Pemerintah Republik Indonesia untuk menjalankan fungsinya dalam agenda pembangunan berwawasan lingkungan yang lepas dari keajegan laku bisnis (business as usual).
Selain mendorong dari sisi kebijakan, Pijar Foundation juga membekali talenta muda untuk membangun pola pikir keberlanjutan yang adaptif pada era digital ini melalui program Future Skills. Melalui program-program inkubasi yang diselenggarakan Future Skills berhasil menghubungkan belasan ribu talenta muda di Indonesia untuk mengambil peran dan menentukan nasib masa depan.
YCAB Foundation dan PT Chevron Pacific Indonesia Gelar Pelatihan Manajemen Gudang Alat Kesehatan
Direktur Eksekutif Pijar Foundation, Ferro Ferizka menyampaikan bahwa Hari Kebangkitan Nasional selalu mengingatkan kita akan perjuangan para pendahulu kita melalui organisasi pergerakan nasional untuk membawa terobosan-terobosan yang belum pernah ada sebelumnya. “Hari ini, menjadi tanggung jawab kita bersama melanjutkan perjuangan para tokoh bangsa. Sudah bukan saatnya menunggu apa yang akan datang; sebaliknya, bersama-sama kita upayakan akselerasi pertumbuhan untuk menjawab tantangan masa depan. Bergandengan tangan dengan berbagai pihak lintas sektor, Pijar Foundation berkomitmen mengoptimalkan kolaborasi terbaik untuk menjadi katalis masa depan,” tutur Ferro.
Laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)[1] memproyeksi bahwa Indonesia menjadi salah satu dari lima negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada 2045 mendatang dengan kisaran pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7% per tahun. Hal ini tentu dapat diupayakan dengan memanfaatkan bonus demografi generasi muda dan pengembangan inovasi.
Tagline tentang our common future ibarat pengingat mengenai komitmen semua pihak agar keputusan-keputusan terkait pembangunan berkelanjutan saat ini tidak merugikan atau justru menjadi beban bagi generasi mendatang.
Kolaborasi Bukan Sekadar Jargon
Mengingat isu keberlanjutan ini bukanlah isu tunggal, namun sangat erat kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan meliputi pembangunan sosial, ekonomi, dan sosial, maka pemecahan masalah pun sepatutnya tidak hanya ditangani oleh salah satu pihak saja. Sudah saatnya Indonesia berinvestasi pada pengembangan inovasi talenta muda yang berkelanjutan dan berjangka panjang. Kolaborasi multi pihak dan munculnya hibridisasi ilmu eksakta dengan ilmu sosio-humaniora saat ini, atau pendekatan multidisiplin diharap dapat memberikan sudut pandang dan solusi yang lebih holistik. Dengan begitu, kolaborasi bukan lagi sekadar jargon nyaring tanpa makna, ego-ego sektoral dapat dikesampingkan untuk bersama-sama bangkit, menjadi lebih tangguh dan inklusif.(BA-06)