BISNISASIA.CO.ID, BANDUNG – Ultralight backpacking merupakan salah satu konsep petualangan yang secara global sudah populer saat ini. Konsep ini mengacu pada gaya petualangan dengan membawa peralatan dan perbekalan seefektif dan seringan mungkin tanpa meninggalkan prinsip keamanan.
Ray Jardine, seorang pemanjat asal Amerika, merupakan salah seorang yang mempopulerkan konsep ini. Merangkum dari salah satu artikel backpacker.com berjudul Ultralight: The Ray Jardine Way, inisiasi konsep Ultralight berangkat dari kegelisahaan Jardine yang melihat banyak pendaki yang tidak menikmati perjalanan, kesusahan atau bahkan tidak melanjutkan perjalanan ketika melakukan pendakian panjang (long hikes).
Menurutnya, pendaki harusnya bukan berfokus pada beban di pundak, namun pada lingkungan dan alam, yang merupakan alasan utama dalam pendakian. Setelah melakukan berbagai pendakian, dengan menggabungkan filosofi dan inovasi dalam pendakian, ia memutuskan untuk mengurangi beban yang dibawa. Ia bahkan membuat beberapa perlengkapan pendakiannya sendiri agar perlengkapan yang dibawa semakin ringan. Dari sana lah diangkatnya konsep Ultralight dalam pendakian.
Iwan “Kwecheng”, salah satu anggota EIGER Adventure Service Team yang merupakan satu dari segelintir orang Indonesia yang berhasil mendaki 7 puncak gunung tertinggi di 7 benua (The ‘Seven Summits’) menjelaskan, dengan konsep Ultralight, pendaki dapat bergerak lebih cepat dan lincah karena bebannya ringan. Konsep ini menurut saya cocok untuk pendaki yang sudah expert atau sudah berpengalaman, karena semakin ringan beban yang dibawa, justru semakin tinggi pemahaman dan kehati-hatian kita saat berkegiatan.
Ia menambahkan, di Indonesia berkegiatan dengan konsep Ultralight masih cukup baru. Meskipun begitu, sudah ada peminat bahkan komunitas yang fokus dalam kegiatan luar ruang khususnya pendakian dengan konsep Ultralight.
Melihat peluang ini EIGER Adventure, selaku penyedia perlengkapan kegiatan luar ruang asal Indonesia, baru saja meluncurkan backpack berkonsep Ultralight yaitu HIKEHOVER 45L.Dengan berat kosong kurang dari 1kg, backpack ini dapat membawa beban hingga 10kg. Sebelumnya, sekitar tahun 2007 EIGER mengeluarkan ultralight backpack berukuran 30L pertamanya, jauh sebelum ultralight menjadi konsep yang dikenal banyak orang.
Yang menarik dari HIKEHOVER adalah penggunaan bahan nilon yang ringan (lightweight) dan ditambahkan fitur coating self-healing, dimana tas ini dapat memperbaiki dirinya sendiri akibat dari tusukan kecil seperti duri dalam hitungan detik. Tas ini juga sudah dilengkapi dengan rain cover yang dapat memberikan perlindungan lebih dari gesekan ataupun tusukan.
Iwan “Kwecheng” mengingatkan, tas HIKEHOVER sebenarnya bisa digunakan untuk kegiatan luar ruang yang memakan waktu cukup panjang apapun termasuk traveling. “Bukan hanya kegiatan pendakian gunung yang dapat menggunakan tas ini. Disarankan HIKEHOVER digunakan di medan terbuka, untuk menghindari gesekan kuat. Kalaupun ada vegetasi yang rapat, jangan lupa gunakan cover pelindung,” ujar Iwan “Kwecheng”.
HIKEHOVER berukuran 45L sudah dilengkapi dengan Aerovent Light Backsystem Technology, yang memaksimalkan aliran udara dan meminimalkan kontak langsung dengan punggung untuk kenyamanan pengguna saat membawa beban.
Oki Lutfi, sebagai desainer tas ini menjelaskan perlu waktu hamper 1 tahun untuk mengembangkan HIKEHOVER karena konsep backpack seperti ini merupakan hal baru bagi EIGER.
“ini baru permulaan bagi EIGER dalam mengembangkan produk Ultralight. Tidak menutup kemungkinan, jika minat Eigerian terhadap Ultralight backpacking semakin tinggi, kami akan terus mengembangkan produk ultralight lainnya,” katanya.(BA-04)