Wolbachia Terbukti Berhasil Kurangi Kasus Demam Berdarah Dengue Secara Drastis

BISNISASIA.CO.ID, YOGYAKARTA – Hasil uji coba terkontrol secara acak yang diterbitkan Jurnal Kesehatan New England menunjukkan bahwa terdapat pengurangan kasus demam berdarah 77% di area Yogyakarta, Indonesia, tempat nyamuk Aedes Aegypti dengan bakteri Wolbachia dilepaskan.

Uji coba “Penerapan Wolbachia untuk Memberantas Dengue (AWED)”, dilakukan oleh World Mosquito Program dari Monash University yang bermitra dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Yayasan Tahija. Percobaan tersebut bertujuan untuk menguji apakah bakteri Wolbachia (wMel) yang dikenalkan ke populasi nyamuk Aedes aegypti setempat melalui pelepasan nyamuk dengan Wolbachia akan mengurangi insiden demam berdarah.

Hal ini juga telah disecara virologi di antara masyarakat berusia 3 hingga 45 tahun yang tinggal di Yogyakarta, Indonesia. Kasus demam berdarah dengue yang membutuhkan rawat inap di rumah sakit berkurang 86% di wilayah yang mendapat percobaan Wolbachia. Tingkat keberhasilan Wolbachia dinilai sama efektifnya untuk keempat serotipe virus demam berdarah dengue.

Menurut studi Global Burden of Disease pada tahun 2019, Demam Berdarah Dengue memiliki tingkat penularan yang cepat dengan lebih dari 50 juta kasus terjadi secara global setiap tahun.

Lebih dari tiga tahun setelah penyelesaian proses pelepasan nyamuk di Yogyakarta, Wolbachia tetap berada dalam level tinggi di populasi nyamuk setempat. Sejak uji coba tersebut, metode Wolbachia telah diterapkan di seluruh wilayah kota Yogyakarta dan pelepasan telah dilakukan ke sejumlah tetangga, yang mencakup populasi sebesar 2,5 juta orang.

Penelitian juga menunjukkan bahwa metode Wolbachia efektif dalam mencegah transmisi Zika, chikungunya, demam kuning, dan juga penyakit lain yang ditularkan lewat vektor. Demam berdarah sendiri merupakan kasus endemis di Indonesia dengan prakiraan terbaru menunjukkan hampir 8 juta kasus terjadi per tahun.

Dalam lima tahun sebelum uji coba AWED, lebih dari 4.500 pasien yang menjalani rawat inap karena demam berdarah dengue telah dilaporkan ke Kantor Kesehatan Kota Yogyakarta, namun hal ini belum dapat mencerminkan beban sebenarnya dari kasus demam berdarah dengue terhadap sistem kesehatan dan masyarakat. Penelitian lain memperkirakan terdapat rata-rata 14.000 kasus demam berdarah dengue termasuk 2.000 rawat inap di Yogyakarta setiap tahunnya sebelum Wolbachia.

Co-Principal Investigator dari penelitian tersebut, Prof Adi Utarini dari Universitas Gadjah Mada, mengatakan capaian ini merupakan sebuah keberhasilan yang sangat besar bagi warga Yogyakarta, juga Indonesia yang mencatat lebih dari 7 juta kasus demam berdarah dengue setiap tahunnya.

“Terobosan ini dapat memperluas kerja kami ke seluruh wilayah kota Yogyakarta dan ke área perkotaan tetangga. Bahkan hal ini bisa menjadi dasar untuk mewujudkan wilayah bebas demam berdarah dengue di kota lain di Indonesia,” katanya.

Sementara Co-Principal Investigator, Prof, Cameron Simmons dari Monash University mengatakan, hasil uji coba ini menunjukkan dampak signifikan yang bisa dimiliki metode Wolbachia dalam mengurangi demam berdarah dengue di populasi perkotaan.  “Wolbachia bisa menjadi terobosan yang sangat menarik sekaligus membuktikan bahwa metode ini tergolong yang aman, handal dan efektif untuk pengendalian demam berdarah dengue-lah yang dibutuhkan masyarakat global,” ucapnya.

Sedangkan, Direktur World Mosquito Program, Prof Scott O’Neill mengatakan, hasil ini telah kami tunggu sejak lama. Sekarang terbukti bahwa metode Wolbachia merupakan terobosan aman, berkelanjutan, dan secara drastis dapat mengurangi kasus demam berdarah dengue.  “Kami yakin terhadap dampak positif yang akan dimiliki metode ini secara global ketika diberikan kepada masyarakat yang berisiko terkena penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini,” katanya.

Senada, Direktur Impact Assessment WMP Dr Katie Anders mengatakan, terdapat sangat sedikit uji coba intervensi yang dilakukan secara acak terhadap nyamuk demam berdarah dengue.  Hasil uji coba dari Yogyakarta tersebut menunjukkan secara meyakinkan bahwa Wolbachia bekerja mengurangi insiden demam berdarah dengue dan rawat inap karena demam berdarah dengue.

“Hal ini sejalan dengan dengan apa yang telah disaksikan dalam sejumlah penelitian tidak acak sebelumnya di Indonesia dan wilayah Australia utara, dan dengan prediksi pemodelan epidemiologi dari pengurangan substansial beban penyakit demam berdarah setelah penyebaran Wolbachia,” ucapnya.

Potensi dari Wolbachia untuk disebar ke seluruh komunitas di seluruh dunia telah diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang ditandai dengan pernyataan dari Kelompok Penasihat Kontrol Vektor bahwa “Wolbachia menunjukkan nilai kesehatan masyarakat terhadap demam berdarah dengue” dalam laporan pertemuan ke -14 mereka pada Desember 2020 lalu.(BA-04)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini