BISNIASIA.CO.ID, JAKARTA – Kesetaraan gender telah menjadi topik yang gencar diperbincangkan oleh sebagian besar masyarakat secara global.
Terutama di Indonesia, setelah melewati peringatan Hari Kartini di bulan April dan peringatan Hari Ibu Sedunia setiap tanggal 9 Mei.
Meski demikian, Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kesetaraan gender yang belum memadai, dengan posisi peringkat ke-85 dari 153 negara.
Ketidaksetaraan dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti dalam dunia pekerjaan dan rumah tangga.
Ibu seringkali memiliki peran ganda yaitu perannya terkait tanggung jawab dalam mengurus keluarga dan rumah di ranah domestik maupun peran sebagai pekerja di kehidupan profesional.
Dalam ranah pekerjaan, kesenjangan gender masih terhitung tinggi.
Partisipasi dan peran perempuan dalam ekonomi dan ketenagakerjaan masih rendah, dikarenakan diskriminasi terhadap perempuan yang terjadi secara sistematis.
Bukalapak dan Bank Commonwealth Berbagi Ilmu Kembangkan Bisnis Pelaku UMKM Perempuan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) melaporkan beberapa tindakan pelanggaran hak perempuan di tempat kerja, seperti pemberian gaji yang lebih rendah daripada pria, PHK pada perempuan hamil, tidak diberikannya cuti haid, kurangnya fasilitas bagi para pekerja perempuan untuk memberikan ASI, dan sebagainya.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Puspayoga menyatakan, bahwa realita di lapangan menunjukkan saat ini perempuan masih tertinggal dibandingkan pria, baik di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga keterwakilan dalam politik.
Menurutnya, komplikasi perwujudan kesetaraan gender di Indonesia sejalan dengan timpangnya akses partisipasi kontrol serta kesempatan memperoleh manfaat antara perempuan dan pria, yang salah satunya dipicu oleh nilai patriarki dan konstruksi sosial di masyarakat.
Kondisi ini tentunya memberikan gambaran kurang baik bagi para perempuan generasi penerus bangsa.
Selain dicemaskan oleh tindak diskriminasi dalam pergaulan dan rumah tangga, mereka harus bersiap menghadapi diskriminasi dalam dunia pekerjaan nantinya.
Perempuan Bijak Mengelola Keuangan dengan Metode Kakeibo
Saat seorang perempuan ingin mendedikasikan dirinya bagi masa depan yang penuh kemungkinan, berbagai ancaman ketidaksetaraan gender justru masih menjadi tantangan bagi mereka untuk mewujudkan mimpinya.
Meski demikian, semenjak kesadaran masyarakat terhadap kesetaraan gender mulai meningkat, berbagai pihak sudah berupaya untuk menyuarakan dan menggerakan perbaikan.
Pemerintah meminta dukungan dari berbagai elemen masyarakat, seperti organisasi perempuan, dunia usaha, hingga media untuk menjunjung realisasi kesetaraan gender dengan efektif.
Berbagai upaya pun mulai terlihat dalam ranah pekerjaan.
Data Gender-Equality Index oleh Bloomberg, sekitar 380 perusahaan di 44 negara dan wilayah, termasuk Indonesia, telah berupaya meningkatkan beberapa aspek untuk menghilangkan ketidaksetaraan gender.
Contohnya, melalui lingkungan kerja yang fleksibel, budaya yang inklusif, serta tunjangan di luar tempat kerja.
Allianz, sebagai perusahaan asuransi terdepan global, baru-baru ini mengungkapkan upaya perusahaan dalam menyikapi tantangan ketidaksetaraan gender.
“Saya percaya bahwa ketidaksetaraan gender disebabkan oleh stereotip dan bias. Hal ini diperkuat dengan kehadiran media sosial, di mana perbedaan pendapat, penampilan, kemampuan atau apapun dapat menimbulkan konflik.
Kita harus mengubahnya. Ketika orang lain gagal melihat keindahan dalam perbedaan, kita harus semakin menjunjung tinggi nilai tersebut, dengan selalu melihat perbedaan dalam sudut pandang yang positif,” ujar Karin Zulkarnaen, Chief Marketing Officer, Allianz Life Indonesia.
Dukungan Kesetaraan Gender Tingkatkan Kesinambungan Bisnis
“Allianz Indonesia memastikan tidak ada kesenjangan gaji antara pria dan perempuan. Kami juga menawarkan jam kerja yang fleksibel dengan mempertimbangkan mereka yang memiliki keluarga.
Saat ini, kami berupaya mengimplementasikan cara baru dalam bekerja yang lebih memberikan fleksibilitas lokasi bagi karyawan, yang direncanakan akan terus dilanjutkan setelah pandemi usai. Mulai tahun lalu, kami juga memberikan cuti melahirkan selama empat bulan bagi karyawan perempuan agar bisa mengurus dan menyusui bayi mereka lebih lama,” tambah Karin.
Kebijakan yang tidak bias gender di ranah pekerjaan akan menciptakan ruang inklusif bagi perempuan khususnya para ibu untuk dapat berpartisipasi dalam dunia profesional secara adil tanpa harus mengorbankan prioritas lainnya di ranah domestik.
Dukungan dari sisi bisnis dalam menciptakan ruang inklusif pun menjadi penting untuk mendorong kesetaraan dan meninggalkan nilai-nilai patriarki.
Selain dalam dunia pekerjaan, perempuan masih dirugikan oleh kekerasan, pelecehan, dan kesenjangan akibat pola pikir patriarki yang sudah mendasar di sebagian besar rumah tangga. Di sisi lain, Indonesia belum memiliki payung hukum yang kuat untuk melindungi para korban, sehingga masih banyak tindak diskriminasi yang tidak dilaporkan.
Laporan Komnas Perempuan mencatat adanya peningkatan kekerasan dalam rumah tangga selama pandemi, yang termasuk dalam total 299.911 kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia pada tahun 2020. Tahun 2019 mencatat rekor tertinggi, dengan 431.471 kasus. Selama 12 tahun, angka ini meningkat sebanyak 792% atau delapan kali lipat.

Dalam rumah tangga, perempuan memiliki peran yang sangat penting sebagai seorang ibu dan sumber atau pengelola finansial keluarga. Namun, peran tersebut belum diberdayakan dengan maksimal, dikarenakan kemampuan yang belum diasah dan dukungan yang masih kurang.
“Perempuan itu bukan lagi menjadi beban ataupun menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Perempuan mampu menciptakan kemajuan dengan membekali dirinya dengan pendidikan dan juga memperbaiki hidupnya melalui perencanaan finansial,” jelas Aliyah Natasya, seorang perencana keuangan tersertifikasi sekaligus Founder Mendakikembali.com.
Di era modern saat ini, kesetaraan gender menempati peranan besar dan perempuan sepatutnya mulai mengambil peran penting dalam perekonomian atau pemerintahan negara. Dengan dukungan keluarga atau orang terdekat, perempuan dapat mencapai pendidikan yang tinggi dan kemauan untuk menghidupkan ambisi dalam mencapai cita-cita.
“Kesetaraan gender justru memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk mengasah profesionalisme, berbagi peran, dan melengkapi kekuatan sebagai tim yang bekerja sama. Dalam hal ini, saya sudah pernah merasakannya, justru saya bisa mendapatkan kesempatan berkarir, berkarya dan berkontribusi atas izin dari suami. Tanpa adanya support system, baik secara moral dari keluarga terdekat ataupun ekosistem pekerjaan, tidak mungkin perempuan bisa mencapainya. Dengan berkarir dan berkarya, perempuan bisa memiliki kesetaraan untuk menghasilkan income yang turut membantu menjadi sumber ketahanan finansial keluarga,” tambah Aliyah.
Sebagai perusahaan yang terus berupaya mewujudkan kesetaraan, Allianz juga mendukung masyarakat dengan memberikan program-program literasi keuangan dan pembinaan enterpreneurship bagi kalangan perempuan karena banyak dari mereka yang berkewajiban untuk mengelola keuangan keluarga. Selama kurun waktu 2020, keseluruhan rangkaian program literasi keuangan Allianz pun telah menjangkau lebih dari 500 ribu peserta dalam berbagai bentuk program yang menargetkan komunitas-komunitas, dengan mayoritas di antaranya berasal dari kalangan perempuan.
Meski kondisi kesetaraan gender dalam dunia pekerjaan dan rumah tangga masih mengkhawatirkan, berbagai usaha nyata telah dilakukan untuk mengubahnya. Dengan berbagai pendekatan, Allianz bersama beberapa perusahaan dan elemen masyarakat lainnya di Indonesia, terus berupaya untuk menjangkau setiap pekerja perempuan dan seluruh perempuan di Indonesia melalui kegiatan-kegiatan edukasi, yang ke depannya akan selalu dikembangkan.