BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan, sesuai dengan perkiraan dan memprioritaskan stabilitas Rupiah di tengah ketidakpastian pasar global. Hal ini bukan berarti bahwa bank sentral telah merubah kebijakan longgar namun prioritas saat ini adalah bagaimana mempercepat transmisi suku bunga acuan ke suku bunga kredit perbankan. Hal ini didukung pula dengan kebijakan lain untuk mendukung pertumbuhan kredit seperti pelonggaran aturan uang muka untuk kredit mobil, kredit rumah (KPR) dll.
Selain itu dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, BI juga terus menyerap pasokan surat utang negara di saat arus masuk dana asing berkurang yang mengakibatkan berkurangnya kepemilikan SUN oleh investor asing – pembelian SUN oleh BI mencapai Rp101,9 triliun sepanjang tahun ini, dimana seperempatnya melalui pasar primer
Perkiraan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) 2021 diturunkan menjadi 4,1-5,1%, membuatnya lebih dekat dengan perkiraan Ekonom DBS (DBSf: 4%). Pertumbuhan inflasi bakal dipengaruhi oleh efek bulan Ramadhan/Idul Fitri dan pembanding yang rendah di tahun lalu tetapi tren inflasi tampaknya tidak menjadi masalah bagi pengambil kebijakan.
Suku bunga acuan tampaknya masih akan dipertahankan sampai akhir tahun. Untuk obligasi pemerintah Indonesia, tim makro DBS bersikap netral memasuki bulan Mei 2021 dan akan masuk kembali setelah tapi dengan catatan ketika imbal hasil 10 tahun mendekati 7%.
Memasuki 2Q21, bank-bank sentral ASEAN-6 akan berusaha untuk mempertahankan kebijakan yang akomodatif untuk menangkal risiko penurunan pertumbuhan di tengah pandemi, serta mengendalikan ekspektasi normalisasi di tengah kenaikan inflasi yang juga didorong oleh harga komoditas serta tingkat suku bunga AS/dolar yang lebih tinggi.
Sementara itu, vaksinasi sedang berlangsung, tetapi prosesnya masih jauh dari target. Singapura dan Indonesia memimpin secara statistik karena 23% dan 5% dari populasi masing-masing telah menerima dosis pertama setidaknya pada pertengahan April lalu, sementara Thailand dan Vietnam berada di bawah 1%.
Thailand dan Filipina terus mencari lebih banyak pasokan vaksin di tengah naiknya kasus domestik yang juga telah membatalkan rencana untuk meningkatkan sektor pariwisata di wilayah tersebut. Bank-bank sentral akan cenderung mempertahankan suku bunga untuk menjaga perbedaan dengan suku bunga di AS di tengah ketidakpastian pasar global dan melakukan langkah-langkah makroprudensial serta mendukung likuiditas untuk mendukung pertumbuhan.(BA-04)