BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Di tengah Pandemi Covid-19, masyarakat harus sadar akan pentingnya kesehatan, khususnya Glaukoma. Untuk itu, JEC Eye Hospitals and Clinics, menggagas rangkaian kegiatan guna meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya glaukoma yang masih mengancam, termasuk anjuran penanganannya selama pandemi COVID-19.
Prof. DR. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K), Ketua Layanan Glaukoma JEC Eye Hospitals & Clinics mengatakan, sebelum pandemi, pada pasienyang berkunjung rutin pun masih didapati adanya peningkatan tekanan bola mata atau kerusakan saraf optik.
“Mengingat glaukoma bisa asimtomatik, sangat mungkin penderita tidak menyadari terjadinya penurunan fungsi penglihatan mereka. Artinya, menunda-nunda pemeriksaan berkala dalam jangka waktu yang panjang bisa memperburuk glaukoma mereka. Ingat, kerusakan saraf mata karena glaukoma tidak dapat disembuhkan, dan kebutaan akibat penyakit ini berlangsung permanen,” katanya yang juga sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Dokter Subspesialis Glaukoma ini, melalui keterangannya, belum lama ini.
Glaukoma menjadi penyebab utama kebutaan di seluruh dunia; tertinggi kedua setelah katarak. Bersifat kronis, glaukoma memberi dampak sangat besar terhadap kualitas hidup penyandangnya. Mulai perasaan cemas sampai depresi karena adanya risiko kebutaan, aktivitas sehari-hari penderita juga mengalami keterbatasan lantaran lapang pandang mereka terganggu. Kehidupan sosial pun terkendala karena hilangnya penglihatan yang berangsur-angsur, serta harus bergantung kepada orang lain sehingga produktivitas penderita pun menurun.
“Sayangnya, situasi glaukoma di Indonesia masih memprihatinkan lantaran penderita seringkali baru mencari pengobatan ketika sudah pada stadium lanjut. Karenanya, penatalaksanaan glaukoma sedini mungkin melalui pemeriksaan berkelanjutan dan pengawasan dokter ahli secara konstan sangatlah penting. Tak terkecuali, saat pandemi COVID-19. Tujuannya, agar progresivitas penyakit ini dapat dikontrol dan kerusakan saraf mata bisa diperlambat sehingga kebutaan pun tercegah,” jelas Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K), Dokter Subspesialis Glaukoma JEC.(BA-04)